BEDANYA SUSU UHT, SKIM DAN FORMULA
Moms, sebelum menentukan susu mana yang baik diberikan kepada sikecil, sebaiknya ketahui terlebih dulu apa bedanya susu UHT, Skim dan Formula.
Susu UHT (Ultra High Temperature) adalah susu yang disterilisasi dengan suhu tinggi (135-145 derajat Celcius) dalam waktu yang singkat selama 2-5 detik. Pemanasan dengan suhu tinggi ini bertujuan untuk membunuh seluruh mikroorganisma (baik bakteri pembusuk maupun patogen) dan spora. Waktu pemanasan yang singkat dimaksudkan untuk mencegah kerusakan nilai gizi susu serta untuk mendapatkan warna, aroma dan rasa yang relatif tidak berubah seperti susu segar. Kesegaran susu akan terasa nikmat jika segera diminum, terlebih jika disimpan dalam lemari pendingin.
Sedangkan susu skim adalah susu bubuk tanpa lemak yang dibuat dengan cara pengeringan atau spray dryer untuk menghilangkan sebagian air dan lemak tetapi masih mengandung laktosa, protein, mineral, vitamin yang larut lemak, dan vitamin yang larut air (B12).
Susu Formula yang dijual pada umumnya adalah susu yang diproses dari susu sapi segar baik dengan atau tanpa tambahan zat lain seperti lemak atau protein yang kemudian dikeringkan.
TETAP UTAMAKAN ASI
Pada dasarnya tidak ada kewajiban memperkenalkan salah satu jenis susu tersebut. Justru, prinsip utama pemberian susu adalah berikan ASI pada bayi 0 - 6 bulan atau ASI eksklusif. Sebaliknya, susu formula bisa dijadikan alternatif bilamana Moms tidak dapat memberikan ASI Eksklusif.
Dengan diberikanya susu formula khusus yang dirancang hingga menyerupai ASI, diharapkan bisa memenuhi kebutuhan akan nutrisi bayi. Begitu usia 7 bulan bayi mulai diberikan makanan pendamping ASI (MPASI). Tujuan MPASI untuk menambah asupan nutrisi selain dari ASI, serta mengajari bayi agar mengenal makanan secara bertahap dengan konsistensi lain yang nantinya menuju pada makanan padat.
Sementara, susu UHT bisa diberikan kepada bayi bila ia sudah berusia 9 bulan, tatapi harus diencerkan terlebih dahulu dengan air. Apabiala bayi sudah berusia 12 bulan, susu UHT dapat diberikan seutuhnya kepada anak. Jumlah yang diberikan berkisar antara 2-3 gelas sehari (1 gelas = 250 ml) sesuai kemampuan anak.
Susu UHT memang direkomendasikan untuk anak usia 12 bulan ke atas. Susu skim tidak ditujukan untuk anak pada umumnya, nilai kalorinya hanya mengandung 55 persen dari seluruh energi susu. Tak heran, jika susu skim seringkali digunakan dalam pembuatan keju rendah lemak dan yogurt.
MANA YANG LEBIH BAIK?
Bila dilihat dari sisi kualitas susu dengan cara sterilisasi, susu UHT lebih baik dibandingkan cara sterilisasi lain. Proses sterilisasi UHT yaitu dengan pemanasan yang tinggi dan singkat.
Di dalam teknologi pangan, telah diketahui bahwa pengolahan dengan suhu pemanasan yang tinggi tetapi dengan waktu yang singkat, lebih dapat menyelamatkan nilai gizi daripada suhu pengolahan yang lebih rendah tetapi dengan waktu yang lebih lama.
Jangka waktu simpan susu UHT lebih lama dari produk susu cair dengan cara sterilisasi pasteurisasi. Susu UHT dapat disimpan dalam waktu yang cukup panjang yaitu mencapai 6 – 10 bulan meski tanpa bahan pengawet, bahkan tidak perlu dimasukkan ke dalam lemari pendingin.
Selain itu, susu UHT merupakan susu yang higienis karena bebas dari seluruh mikroba (patogen/penyebab penyakit dan pembusuk) serta spora sehingga potensi kerusakan mikrobiologis sangat minimal, bahkan hampir tidak ada. Kontak panas yang sangat singkat pada proses UHT menyebabkan mutu sensori (warna, aroma dan rasa khas susu segar) dan mutu gizi, relatif tidak berubah. Keuntungan lainnya, karena biaya pengemasanya tidak sulit dan mahal, maka biasanya produk susu UHT dijual dengan harga yang terjangkau.
Bagaimana dengan susu formula? Susu bubuk berasal dari susu segar yang kemudian dikeringkan, umumnya menggunakan spray dryer atau roller dryer. Kerusakan protein sebesar 30% dapat terjadi pada pengolahan susu cair menjadi susu bubuk.
Lama simpan susu bubuk juga tergolong lama, maksimal 2 tahun, tentunya dengan penaganan yang baik dan benar. Susu bubuk dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yaitu susu bubuk berlemak (full cream milk powder), susu bubuk rendah lemak (partly skim milk powder), dan susu bubuk tanpa lemak (skim milk powder).
Yang penting diigat, pilihlah susu yang cocok untuk si kecil. Konsumsi susu penting untuk menunjang tumbuh kembang si kecil dan meningkatkan system imunitas (kekebalan) tubuh terhadap berbagai penyakit.
Kepala Susu Sebagai Campuran MPASI
Anda sering membeli susu sapi murni? Bila iya, mungkin anda tahu lapisan mengental dan tebal yang ada pada permukaan susu. Jika susu cair tersebut dipanaskan dan didiamkan beberapa lama, emulsi lemak akan naik kepermukaan susu dan membentuk lapisan tebal. Nah, itu lah yang disebut dengan kepala susu.
Kepala susu adalah bagian susu yang mengandung protein jenis kasein. Dibandingkan whey, protein utama dari susu yang berbentuk cair dan banyak terdapat dalam ASI, kasein lebih sulit dicerna. Itulah sebabnya bayi 0 - 6 bulan idealnya mengonsumsi ASI karena kandungan whey-nya lebih tinggi daripada kasein.
Kepala susu hanya boleh diberikan kepada bayi usia 6 bulan ke atas, saat ia diperkenalkan dengan MPASI. Tentu saja diberikan dalam jumlah yang sesuai, sebagai salah satu bahan campuran MPASI misalnya bubur dan sebagainya.
Pentingkah Fortifikasi Susu Formula?
Makanan terbaik untuk bayi… ya sudah pasti ASI, karena selain memberikan semua unsur gizi yang dibutuhkan, ASI mengandung komponen yang sangat spesifik, dan telah disiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan perkembangan bayi. ASI mengandung antibodi yang merupakan perlindungan alami bagi bayi baru lahir, ASI juga diduga dapat meningkatkan IQ anak, serta mengandung enzim penyerapan lipase (yang sampai saat ini belum bisa ditiru oleh susu formula, karena enzim ini rusak karena pemanasan).
Pemberian ASI juga berperan penting dalam hal perkembangan Emotional Quotient (EQ) anak. Kedekatan dengan ibu ketika mendapatkan ASI, membuat anak merasa aman dan disayang, sehingga akan berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak, kalau ASI sudah sedemikian lengkap, sebenarnya masih perlukah susu formula bayi?
Menurut WHO, 98% wanita mempunyai kemampuan fisiologis untuk menyusui, yang berarti hanya 2% wanita yang tidak dapat memberikan ASI karena berbagai sebab dan pertimbangan, sehingga perlu pemberian susu formula bayi (artinya hanya bila dilakukan bila memang benar-benar dibutuhkan). Keadaan ini membuat produsen memproduksi susu formula, yang dalam perjalannya malah dijadikan makanan utama untuk bayi bukan hanya oleh ibu yang tidak mampu menyusui, tetapi juga oleh ibu yang belum menyadari keunggulan ASI.
Karena ASI adalah makanan terbaik untuk bayi, maka berbagai penelitian tentang ASI dilakukan guna meningkatkan kualitas susu formula bayi. Produsen menambahkan berbagai komponen agar susu formula bayi dapat menyamai kualitas ASI. Namun demikian ASI tidak akan pernah bisa digantikan oleh susu formula bayi karena masih banyak kandungan ASI yang sampai saat ini belum diketahui.
Selain penambahan vitamin (A, D, E, K, B1, B2, B6, B12, C), mineral (kalsium, fosfor, magnesium, dll), dan zat gizi lain seperti asam linoleat, kolin, asam folat, asam pantetonat, nikotinamid dan botin, sering pula ditambahkan ARA (arachidonic acid) dan DHA (docosahexonic acid) pada susu formula, walaupun sampai sejauh ini belum cukup bukti ilmiah yang menajmin bahwa penambahan kedua komponen tersebut bermanfaat bagi bayi.
Beberapa studi menunjukan beberapa manfaat yang diperoleh dari suplementasi nukleotida, di antaranya perbaikan pertumbuhan selama masa tumbuh kembang pada bayi dengan berat badan lahir yang kurang, berkurangnya kejadian diare, perbaikan fungsi imunologi pada komponen darah bayi dengan respon antibodi yang lebih besar terhadap imunisasi dipteri dan imunisasi influenza, serta perubahan metabolisme lipid. Meskipun demikian, untuk bayi yang lahir normal dengan berat badan normal, belum ada bukti adanya manfaat suplementasi pada formula bayi.
Sedangkan penambahan lutein belum diketahui manfaatnya untuk apa karena menurut peraturan internasional, lutein belum termasuk dalam kelompok vitamin atau sebagai zat gizi lain